Minggu, 15 September 2013

Filsafat Batas Filsafat Karl Marx, Sebuah ulasan Etienne Balibar

Persoalan filsafat dalam kehidupan manusia merupakan suatu perbincangan yang tak
habis-habisnya. Diskursus tentang filsafat sejak era yunani kuno sampai saat ini masih terus diperdebatkan oleh para setiap pelajar yang membidani ilmu pengetahuan, terutama pada filsafat.

Karya Etienne Balibar dengan judul “Anti Filsafat, Metode Pemikiran Marx” merupakan suatu problematisasi terhadap filsafat yang menjadi sebuah fakultas atas kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang menghalangi untuk menemukan kebenaran itu sendiri.
Semenjak Plato hingga Hegel, aktivitas kerja para filosof hanya menyibuki dirinya dalam menafsirkan dunia, terutama berkaitan dengan kehidupan manusia masyarakat.
dunia serta kehidupan manusia menjadi objek tafsiran yang berbeda dari kedua kubu filasafat yakni, filsafat yang mendasarkan pandangannya terhadap materi sebagai hal yang primer dan menganggap ide serta pikiran sebagai hal yang sekunder disebut dengan istilah matrealisme, sementara pandangan yang menilai bahwa idea atau fikiran yang sebenarnya sebagai hal yang primer dan materi yang dimaknai sebagai hal yang sekunder di kenal dengan sebutan atau istilah idealisme. Etienne Balibar, dalam karyanya tersebut mendudukan pemikiran Marx yang secara signifikan serta konprehensif berdasarkan metode yang digunakan Marx dalam melihat situasi perkembangan masyarakat.

Dengan menggunakan kerangka pemikiran diamat serta histomat, Etienne Balibar melakukan sebuah pelampauan terhadap kegiatan filsafat yang jauh dari realitas kehidupan manusia masyarakat. sebagaimana materialisme dialektis merupakan senjata dari kaum pekerja yang kemudian digunakan untuk melihat proses penindasan yang dilakukan oleh sistem kapitalisme di dalam aktivitas kerja-kerja produksi. Sementara materialisme historis sebagai sebuah penjelasan terkait dengan proses sejarah yang berlangsung dari masa lampau, masa kini, hingga masa depan.

Diamat maupun histomat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainya. Istilah materialisme dialektis memang suatu istilah yang bukan datang dari Marx, melainkan dari Joseph Dietzsgen, seorang buruh sosialis yang menjalin korenspondensi dengan Marx. Marx sendiri lebih menggunakan dengan istilah metode dialektik, sementara Engles sahabat karibnya sekaligus partner hidupnya menggunakan dengan ungkapan dialektik materialis, selanjutnya pada Lenin yang termaktub pada karyanya materialism dan Empirico criticism, sebagai langkah maju dari tema-tema pokok yang terdapat pada karya Engles tentang penjungkirbalikan materialis atas dialektika Hegelian. Disinilah sebuah tafsiran atas marxisme yang melihat bahwa teori tidak berpulang pada teori semata, melainkan mendaratkan teori pada laku praksis perjuangan kelas agar menjemput perubahan dalam bentuk revolusi.

Etienne Balibar kemudian mengemukakan pemikiran Marx yang memiliki konteks historis sebagaimana ia menjelaskan melalui tiga sumber empat guru. Dari ketiga sumber tersebut, Marx melihat situasi perkembangan di eropa pada abad 19 terjadi kegagalan revolusi dan memiliki semacam keyakinan bahwa krisis umum kapitalisme tak lama lagi akan datang dan menciptakan situasi pada kaum proletar yang akan mengambil posisi kepemimpinan bagi semua kelas yang tertindas diseluruh negara (khususnya semua negara di eropa). Dengan melihat pada perkembangan filsafat Jerman, gerakan sosialisme yang tumbuh di Prancis, dan praktek perkembangan ekonomi politik di Inggris, ketiga konteks ini menjadi sumber yang menjadi titik-tolak pembacaan dari Marx. Penulis ingin mengatakan bahwa pemikiran yang tumbuh dari seorang filsuf tidak ada berdiri secara otonom atau mandiri tanpa bergantung pada sesuatu yang berada diluarnya.

Sebagaimana setiap tokoh atau filsuf senantiasa dipengaruhi atau diprovokasi terlebih dahulu dari pemikiran tokoh yang hadir sebelumnya, seperti yang terdapat pada empat guru diantaranya. Epicurus, dengan ide tentang materialisme kebebasan, ide metaforis di dalam doktrin gerak benturan yang secara acak antar atom. Rousseau yang mempunyai ide mengenai demokrasi egalitarian atau semacam bentuk perhimpunan partisipasi langsung warga Negara didalam proses pembentukan khendak umum. Adam Smith, memiliki pandangan yang menilai bahwa basis dari hak milik ialah kerja yang diartikulasikan. Dan yang terakhir Hegel yang dianggap tokoh yang paling penting dan ambivalen, sebagai sumber inspirasi sekaligus lawan perdebatan Marx mengenai kontradiksi dialektik dan historisitas.

Seperti yang dimaknai oleh Etienne Balibar, bahwa kata kunci dari pemikiran Marx berangkat dari situasi sosial yang menyejarah yang terjadi pada masyarakat eropa saat itu. Dengan demikian penulis menemukan inti dari karya Etienne Balibar bahwa yang dimaksud dengan anti filsafat bahwa filsafat dianggap sebagai aktivitas pikiran yang bersifat ahistoris, sebab kegiatan filsafat sebagaimana pada filsafat idealisme yang berangkat dari wilayah a-priori sehingga melahirkan bentuk pemikiran spekulatif dan melepaskan diri pada problem konkrit yang terjadi dan dialami oleh masyarakat. Solusi atas emansipasi perbudakan serta penindasan yang terjadi pada masyarakat eropa di bawah kekuasaan kapitalisme dan kekuatan borjuis yang semakin dominan menjadi masalah yang serius dihadapi oleh kaum buruh pada umumnya.

Sebagaimana revolusi prancis pada tahun 1789 yang menggunakan metode materialisme dialektik sebagai senjata perlawanan kaum proletar mendapat pukulan balik dari kalangan borjuis sosial demokrat dalam merebut posisi kekuasaan dan kemudian kembali meredam perlawanan yang muncul dari kaum proletar sehingga dianggap sebagai revolusi borjuis. begitu halnya juga yang terjadi di Rusia ikut mengalami kegagalan akibat kekuasaan diambil-alih oleh kaum borjuis (mensheviek). Dengan melihat situasi yang terjadi diatas, sudah tentu tidak terjadi pada ruang spekulatif, melainkan pada keadaan yang rill, seperti kemunculan politik marxis tidak terlepas dari gerak sejarah itu sendiri. Dengan gerak sejarah yang berlangsung, komune paris terlahir secara berhasil dengan meperjuangkan bentuk emansipasi ekonomi dari buruh.

Sebagaimana Etinne Balibar menyimpulkan bahwa filsafat itu bukanlah doktrin, filsafat bukanlah opini, teorema-teorema atau hukum-hukum alam, kesadaran atau sejarah dan tentu saja filsafat bukanlah pernyataan mengenai opini-opini (doxa) dan hukum-hukum yang terlalu general. Dengan demikian penulis sendiri memiliki kesimpulan bahwa filsafat dari Marx adalah batas dari filsafat itu sendiri. Sehingga keluar dari filsafat menuju pada medan ekonomi-politik, dengan melihat pada hukum perkembangan masyarakat yang terjadi tentu berkaitan dengan berkembangnya bentuk-bentuk produksi sebagai suatu tinjauan secara historis. Bahwasanya medan filsafat hanyalah persoalan yang bermain pada kaidah-kaidah logika, spekulatif, a-historis dan memandang bahwa segala perubahan serta perkembangan masyarakat bukan berasal dari relasi kerja konkrit/fisik dalam aspek syarat produksi secara objektif, melainkan pada keyakinan subjektif yang bersifat abstrak dan berangkat dari lubang metafisik.

Mungkin itu yang sedikit penulis tangkap dari hasil bacaan selama dua hari, maka penulis menanti serta berharap adanya kritik bantahan dari pembaca, terutama kepada partner dialektik sekaligus partner hidup penulis, Marsinah Dhede.! Semoga cinta kita terus tumbuh dalam ladang dialektika, agar para petani dan buruh kelak memetik hasilnya.. I love U Sayangku.


*Penulis adalah seorang penyuka cicak dan hal-hal aneh. Ia lebih aneh dari Nietszche. Ia seorang misterius yang telah hilang kemisteriusannya. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar