Social distance/stay at home di tengah Covid-19 nyatanya
hanya dapat dirasakan oleh kelas menengah ke atas. Pilihan itu bisa diambil
setidaknya bagi mereka yang tak khawatir perutnya kosong jika di rumah
seharian.
Bagaimana dengan orang seperti Mamaku, buruh dan seluruh
rakyat miskin di Indonesia yang harus keluar rumah setiap subuh dan pulang sore
hari agar dapur tetap mengepul? Mereka tak ada perlindungan apapun dari negara.
Apakah ketika mereka mengabaikan anjuran pemerintah untuk
tetap di rumah dengan keluar mencari nafkah disebut bebal?
Atau mari kita balik pertanyaannya.