Minggu, 21 April 2013

“Malam Untuk Kartini : Membaca Pemikiran Kartini dan Melanjutkan Perjuangan Kemerdekaan Perempuan”


“Aku hendak merebut kemerdekaanku;
Aku ingin dan aku harus berperang untuk kemerdekaanku”
(Kartini, 1900)

"Mari, wahai perempuan, gadis-gadis muda, bangkitlah, mari kita bergandeng-tangan, dan bekerja bersama, untuk mengubah Keadaan yang tidak tertahankan ini"
(Kartini, 23 Agustus 1900)
32 tahun pemikiran dan cita-cita perjuangan Kartini diputarbalikkan oleh Orde Baru, Soeharto. Sosok Perempuan Kartini yang sejatinya berkehendak dan memberontak pada budaya yang mengukung kebebasannya sebagai Manusia yang merdeka serta memikirkan kondisi nasib bangsanya yang terjajah oleh Kolonialisme dihilangkan total dan diganti dengan “Ibu-isme” ala Soeharto. Kekritisannya dikaburkan dengan perayaan lomba rias, kebaya, masak-memasak yang tentu sangat jauh dari Perjuangan Kartini itu sendiri, peringatan seremonial itu dibuat seakan-akan Kartini mendukung domestikasi perempuan. Kartini adalah seorang pemula yang mendobrak dan melawan budaya feodal penghambat kemajuan perempuan Indonesia. Saat belum ada orang bicara tentang persoalan-persoalan perempuan, ia telah marah dalam cerita surat-suratnya kepada sahabatnya, Stella. Tidak berlebihan jika mengapresiasikan perjuangannya, luar biasa, karena hidup dijaman dimana perempuan tidak diperbolehkan berpendidikan bahkan hanya untuk sekedar tertawa bebas. Ia bahkan sangat marah ketika melihat kondisi bangsanya yang sengsara dijajah kolonialisme. Saat ini, sungguh sedikit perempuan Indonesia mengetahui perjuangannya.

Untuk itu, penting bagi gerakan perempuan kembali membongkar kebohongan-kebohongan sejarah yang dibuat penguasa selama ini pada perjuangan Kartini. Kembali menyerukan membaca surat-surat Kartini, melihat kembali dengan kritis apa yang dikehendakinya, dan tentu meneruskan perjuangannya adalah hal yang penting melawan mainsteam yang telah mengakar selama ini. Jadikan semangat perjuangan dan cita-cita Kartini untuk melawan Human traffiking, upah murah, perkosaan, pelecehan seksual, genosida, UU dan perda diskriminatif serta pemiskinan struktural yang disebabkan oleh Kapitalisme, Patriarki dan Militerisme.

Minggu, 21 April 2013 pukul 18.00, di Depan Gedung Agung – Yogyakarta, kami dari berbagai organisasi dan komunitas serta individu-individu di Yogyakarta, menggelar “Malam Untuk Kartini : Membaca Surat-surat Kartini dan Melanjutkan Perjuangan Kemerdekaan Perempuan”. Agenda ini kami gelar tanpa Sanggul, Kebaya, masak-memasak atau rias-rias-an ala Orde-Baru. Kami Menentangnya! Ya, melanjutkan perjuangannya, melawan kekerasan seksual dan pemiskinan terhadap perempuan adalah kepentingan kami. Perjuangan gerakan perempuan semakin berat. Kartini sudah memulai, mari kita lanjutkan perjuangannya.

Selamat Hari Kartini Untuk Seluruh Perempuan Indonesia yang tidak diam pada segala bentuk penindasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar