Senin, 07 November 2016

Bukan Salah Vagina



Tangannya masih melayang, menari di udara.
Seolah ada yang digapai hingga langit menengadah.
Hawa begitu panas, padahal di luar halilintar berlomba dengan gemuruh guntur
Menari dalam hujan.

Dunia bak kolam renang
yang tak lebar, tak luas, tak bisa membuat seseorang
tak berfikir melihat selangkangan.
Setidaknya itu yang kau kabarkan pada tabung-tabung kepalsuan,
pada ujung jemari yang tak henti menancap di layar sentuh.


Kemana lagi vagina di bawa?
Jika ditutup berlapis-lapis kain tak bisa membuat mata mu tak melotot, lalu penismu ereksi.
Kau memang bugil sejak dalam otak!

Ini payudaraku!
Ini vaginaku!
Ini tubuhku!
Bukan, Bukan alkohol
yang membuatmu menjadi terangsang dengan kain yang membalutku
atau tatapan polosku.

Ini mataku
Jika indah, bukan salahku!
Bukan juga salah pakaianku, seragam sekolahku,
atau seragam kerjaku yang oleh aturan brengsek perusahaan, aku harus tampil seksi saat kerja.
Aku cari makan
Bukan cari penismu

Halilintar masih menari.
Temannya si gemuruh masih meraung bak serigala kelaparan.
Lalu hujan tak kunjung berhenti.

Dewa dari segala dewa
Tuhan dari segala tuhan
Vagina, payudara dan seluruh tubuhku, tak menyalahkan kalian.
Tapi kadang, bisakah kau marah seperti kemarahanku pada orang-orang yang mensucikan dirimu tapi mengotori tubuhku dengan dalil dan titah-titahmu?
Kau membuatku suci, tapi mereka mengotorinya atas nama kau!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar