Jumat, 13 Desember 2013

Surat Dari Che Guevara Untuk Kawan-Kawan Muda


Kami percaya bahwa perjuangan revolusioner adalah suatu perjuangan yang sangat panjang, sangat sulit. Sulit tetapi jelas tidak berarti mustahil, bahwa suatu kemenangan revolusi di suatu Negara hanya akan terjadi di Negara itu saja. (Che Guevara)

Che Guevara
Che Guevara

Kalau aku boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku ingin tinggal bersama kalian. Melewati jalan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk yang panjang kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah, berkendaraan bagus, dan punya mobil mengkilap. Kalian pertaruhkan segalanya, kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan dan sekolah yang kini kian mahal. Buang segala teori social yang ternyata tak bisa membaca kenyataan. Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita paham dan mau membela orang yang miskin. Ku pilih tinggal serta berjuang di hutan karena disana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya menderita.

Andai aku masih bisa di beri kesempatan untuk kembali ke negeri mu pastilah aku enggan untuk duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol minuman untuk mendapatkan uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini lautnya dipenuhi dengan pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan ku bantu para buruh bangunan yang menghabiskan waktunya untuk menjinjing alat-alat berat. Dan akan ku teman para buruh pabrik yang masih saja di ancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari kian mahal. Ku rasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu.


Kalau aku boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan, buku apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat, pekikan suara dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak mudah percaya pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku untuk tidak terlalu yakin dengan janji. Aku sudah hapal mana tabiat serigala dan mana watak kelenci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau bisa meyakini, kala kekuasaan hanya bisa bertahan selama kita mematuhinya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar ketakutan dan aku sejak dulu di didik untuk selalu sangsi dan curiga pada penguasa!

Kalau aku bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin berjalan dengan kalian. Mennton orang-orang pandai berdebat di muka televisi atau aktivis yang lacurkan keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang pandai yang berbohong dengan ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat orang percaya bahwa simiskin makin hari makin berkurang. Menonton aktivis senior yang kini juga berebut untuk duduk jadi penguasa. Katanya: di dalam kekuasaan tidak ada suara rakyat maka kita mengisinya. Aku bilang, itulah para pembual yang yakin jika perubahan bisa muncul karena kita dudu di belakang meja. Demokrasi acap kali berangkat dari dalil yang naïf seperti ini. Aku sayangnya tak bisa lagi memilih, untuk berdiri dan berbincang dengan kalian semua. Anak muda aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan pada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Hutan melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup!

Keberanian itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan membuatku selalu awas dengan ketenangan, kedamaian dan cicit suara burung. Hutan melatihku untuk sensitive pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat oleh kedudukan, pengaruh dan ketenaran. Kedudukan yang tinggi akan membuatmu seperti manusia yang diatur oleh mesin. Kutinggalkan jabatan menteri karena hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak, yang bergerak kalau di suruh. Apalagi ketenaran akan melumpuhkan energy perlawananmu karena kau ingin menyenangkan semua orang. Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman.

Rasa nyaman yang kini ku saksikan disekelilingmu. Anak-anak muda yang puas menjadi pekerja upahan sambil menyita tanah sesamanya. Ada anak muda yang duduk di parlemen malah minta tambahan gaji! Anak muda yang lain dengan tenaganya menyumbangkan diri untuk menjadi preman bagi kekuasaan bandit. Bahkan pendidikan hokum mereka gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin . anak-anak muda yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan. Mereka hidup karena ada kemiskinan, keculasan kekuasaan dan lingungan proyek seperti lembaga donor. Aku enggan berjumpa dengan anak muda yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan dan kelincahan berdebat. Aku ragu apakah mereka mampu serta sanggup untuk melawan arus.

Arus itulah yang kini menenggelamkan nyali kita semua. Murah sekali harga seorang aktivis yang dulu lantang melawan tapi kini duduk empuk menjadi penguasa. Murah sekali harga idealism seorang ilmuan yang mau menyajikan data bohong tentang kemiskinan. Murah sekali harga seorang penyair yang mau rame-rame medukung pencabutan subsidi. Aku gusar memandang negerimu, yang tidak lagi punya ksatria pemberani. Seorang ksatria yang mau hidup didalam kesunyian dan dengan gagah meneriakan perlawanan. Tulisan adalah senjata sekaligus bujukan yang bisa menghanyutkan kesadaran perlawanan. Kau harus berani mempertahankan nyalimu untuk selalu bertanya pada kemapanan, kezaliman dan segala bentuk pidato yang disuarakan oleh para penguasa.

Yang kau hadapi sekarang ini adalah system yang kuncinya tidak terletak pada satu orang. Kau berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu bagaimana menjadi budak yang baik. Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri yang bosan hidup berjuang tanpa uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut kau pilih tetapi kini tambah membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat. Kau perlahan-lahan menjadi orang yang hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu untuk merubah. Kau kemudian percaya kalau pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dukungan logistic yang mencukupi. Kau diam-diam tak lagi percaya dengan revolusi. Kau yakin perubahan bisa berjalan kalau dijalankan dengan berangsur-angsur dan membuat jaringan. Geakanmu lama-lama mirip dengan bisnis MLM. Saudaraku yang baik! Hokum perubahan social sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantra: melawan! Lawanlah dirimu sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan social yang hanya cocok untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini disibukkan oleh riset dan penelitian yang sepele. Kemiskinan tak usah lagi dicari penyebabnya tapi cari system apa yang harus bertanggung jawab. Ajak pikiranmu untuk membaca kembali apa yang dulu ku kerjakan dan apa yang sekarang dikerjakan oleh gerakan social di berbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu bukan dengan LSM tapi bersama orang-orang miskin untuk bekerja membuat system produksi. Tak ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali 2 hal: bekerja untuk melawan penindasan dan melatih diri untuk selalu melawan kemapanan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar