Massa dari MONJALI membuat lingkaran di Titik Nol Kilometer |
Ratusan mahasiswa dari berbagai
kampus dan organisasi yang menamakan aliansinya Menolak Dijajah Kembali (MONJALI)
menggelar aksi pada hari Kamis, 2 Mei 2013. Aksi ini dilakukan untuk
memperingati Hari Pendidikan Nasional yang bertepatan pada hari ini (02/05). Dalam
Press Release-nya, MONJALI menganggap
pendidikan Indonesia sudah dikomersialisasikan dan mengorientasikan dunia
pendidikan sebagai ekonomi sektor jasa hingga berdampak rakyat miskin tidak
bisa mendapatkan hak untuk mengakses pendidikan. Menurut mereka, pemerintah
absen mengseriusi pendidikan. Ini dibuktikan dengan rencana Uang Kuliah Tunggal
(UKT) di tingkat Universitas yang akan diberlakukan dalam waktu dekat ini. UKT
dianggap semakin menyingkirkan rakyat miskin dari Perguruan Tinggi.
Selain itu, MONJALI juga
menyerukan 7 tuntutan antara lain: wujudkan pendidikan yang bisa diakses semua
rakyat; hapuskan UN, UKT dan kurikulum 2013; realisasikan anggaran pendidikan
20% dari APBN dan APBD tanpa ada korupsi dan penyelewengan; cabut UU No 7 tahun
1994; dan usut tuntas kasus kacaunya proses Ujian Nasional baru-baru ini.
Massa yang longmarch dari Parkiran Abu Bakar Ali hingga ke titik Nol Kilometer ini, juga membawa poster-poster. Beberapa bertuliskan “Tolak Komersial Pendidikan” dan “Pendidikan Untuk Siapa?”
Di tempat yang berbeda, Gerakan
Revolusi Pendidikan menggelar aksi dengan tujuan yang sama, memprotes situasi
pendidikan Indonesia di Hardiknas tahun ini, di Jalan Solo, Pertigaan Depan
Kampus UIN-SUKA. Puluhan massa yang memulai aksi pukul 11.00 ini, mengatakan
bahwa pendidikan Indonesia sudah diperjual-belikan
sesuai logika pasar. Konsekuensi yang dianjurkan IMF (International Monetary
Fund) yang menjadikan pendidikan sebagai satu dari 12 sektor jasa yang
diliberalisasi dalam General on Tariff
and Services (GATS) dan sudah diberlakukan sejak 1 Januari 1995. Dengan begitu,
menurut mereka, Negara melepaskan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan
pendidikan lantas menyerahkannya pada logika pasar. Di Indonesia,
regulasi-regulasi pendidikan dibuat untuk memuluskan kesepakatan-kesepakatan
diatas, misalnya Undang-undang Pendidikan Tinggi (UU PT). Tentu rakyat Indonesia
sudah merasakan mahalnya Pendidikan saat ini, pungkas salah satu orator.
Aksi ini diwarnai dengan membakar
ban bekas di tengah jalan tempat aksi dan nyanyian lagu-lagu perjuangan
mahasiswa. Puluhan polisi yang berjaga-jaga hanya bisa melihat tanpa ada
tindakan yang berarti. Pada pukul 13.00, massa kemudian menutup aksinya dengan membacakan
pernyataan sikapnya. Terdapat beberapa tuntutan, antara lain: Cabut UU PT dan
SISDIKNAS; Tolak Kurikulum 2013 dan Otonomi Komersialisasi Kampus; Hapus UN dan
Presensi 75%; Bentuk Kurikulum Berbasis kerakyatan; Buka ruang demokrasi untuk
seluruh rakyat; Sejahterakan guru Honorer; Pendidikan tanggung jawab negara;
dan Pendidikan gratis untuk Seluruh Rakyat Indonesia.
Gerakan Revolusi Pendidikan Membentangkan spanduk di depan Pertigaan UIN SUKA |
Dilihat dari tuntutan kedua front
diatas, jika bisa disimpulkan keduanya menentang dan memprotes sistem pendidikan
yang telah dikomersilkan/diprivatisasi oleh pemerintah dengan
kebijakan-kebijakan yang telah disampaikan masing-masing, akibat dari sistem
kapitalisme. Lantas kenapa tidak bersatu saja yah? Ketika ditanyakan ke salah satu massa aksi yang terlibat dalam aliansi Gerakan Revolusi Pendidikan terkait itu, ia mengatakan persoalannya
hanya miss (kurang) komunikasi dengan
organisasi-organisasi mahasiswa yang lain.
Hmm.. Melawan komersialisasi
pendidikan, mau tidak mau akan berhadapan dengan Sistem Kapitalisme dan
antek-anteknya. Untuk itu, penting sekali diusahakan adanya penyatuan dalam
gerakan mahasiswa termasuk menyatukannya dengan gerakan rakyat lainnya. Jika
tidak, pendidikan mahal akan menjadi ‘takdir’ yang terus dimaki setiap tahun
dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional tanpa ada perubahan yang mendasar. Namun
begitu, apresiasi untuk kalian yang masih mau dan terus berjuang menentang kapitalisasi
pendidikan. J
Depan UIN-SUKA |
Hidup Mahasiswa yang terus
melawan!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar