Senin, 23 Maret 2020

Isolasi Mulutmu, Kelas Menengah!


Social distance/stay at home di tengah Covid-19 nyatanya hanya dapat dirasakan oleh kelas menengah ke atas. Pilihan itu bisa diambil setidaknya bagi mereka yang tak khawatir perutnya kosong jika di rumah seharian.

Bagaimana dengan orang seperti Mamaku, buruh dan seluruh rakyat miskin di Indonesia yang harus keluar rumah setiap subuh dan pulang sore hari agar dapur tetap mengepul? Mereka tak ada perlindungan apapun dari negara.

Apakah ketika mereka mengabaikan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah dengan keluar mencari nafkah disebut bebal?

Atau mari kita balik pertanyaannya.

Apakah Jokowi menjamin sembako tetap ada di setiap rumah orang miskin ketika mereka dianjurkan tidak keluar rumah?

Jika tidak, Apakah biaya tes, perawatan dan pengobatan Covid-19 GRATIS untuk mereka yg bertarung hidup di tengah merebaknya wabah Covid-19?

Apakah Jokowi menjamin setiap rentenir yg tanpa waktu selalu datang mengancam warga untuk berhenti datang selama masa darurat ini?

Tidak ada.

Jika Anda tidak sanggup bantu mereka, maka bantulah dengan tidak nyinyir. Isolasi/karantina juga mulut anda! Baik kepada mereka yang harus keluar rumah untuk bekerja, bahkan kepada buruh yg melakukan aksi protes. Jangan dikira mereka tak sadar kesehatan. Mereka bertaruh nyawa!

Mereka hidup dalam dilema. Baik Corona maupun kemiskinan, kedua-duanya sama mematikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar