(Bagian 2)
2. Mabari Bualawa
Asap mengepul di tungku dapur.
Mutaf, lelaki remaja tengah menambah potongan kayu bakar. Ia merebus air. Di
dapur ia tak sendiri. Una sibuk dengan sapu ijuk ditangannya. Membersihkan
lantai tanah dari kulit pinang dan sisa kupasan singkong yang dagingnya telah
diambil Mina untuk digoreng.
Pagi ini cukup cerah. Langit
bersih dari awan putih pun kelabu. Matahari masih malu-malu keluar dari selimut
rerimbunan pohon sukun. Empat orang lelaki tampak berlarian kecil masuk ke
rumah Mina dan Una.
“Om, jam berapa tong[1]
barangkat” Tanya Ulis. Umurnya 16
tahun, 2 tahun diatas Mutaf. Senyum sumringah dengan gigi putih yang
dipamerkan, kontras sekaligus eksotik dari warna kulitnya yang gelap.